Jumat, 16 November 2012

TERBANG BUHUN

erbang buhun merupakan salah satu seni pertunjukan rakyat yang tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat, dengan beberapa sebutan, seperti Terbang Gede, Terbang Gebes, Terbang Ageung, dll. Pada masa lalu, seni terbang digunakan sebagai media dakwah Islam, melalui pupujian (puji-pujian) yang dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung. Terbang buhun dianggap pula memiliki kekuatan-kekuatan spiritual dan mistis, karena itu seringkali dipakai pula di dalam upacara ngaruwat, misalnya ngaruwat anak, ngaruwat rumah, dll. Dalam upacara ruwatan biasa diadakan acara ngahurip dengan menebarkan air suci serta membuat sesajen dan sambung layang, yakni rangkaian hasil bumi yang disusun tiga lingkaran yang biasanya dibuat sepasang.

Perkembangan
Terbang buhun dikenal juga sebagai Terbang Pusaka, khususnya di Tanjungkerta yang dipimpin oleh Adis Mukaya (sekarang dilanjutkan oleh putranya, Sutisna). Seiring dengan perkembangan zaman, terbang buhun telah mencoba melakukan upaya-upaya penyesuaian terhadap permintaan masyarakat sekitar, apalagi setelah mendapat bantuan tenaga dari STSI Bandung di dalam mengemas kembali. Dewasa ini Terbang Buhun sudah mampu tampil lebih dinamis, dengan lagu-lagu yang dipilih, lengkap dengan Upacara ngahuripnya serta tak ketinggalan sambung layangnya.
Pertunjukan terbang buhun di Jawa barat pada umumnya tak jauh berbeda, baik dalam upacara Ngaruwat maupun pertunjukan dalam hajatan biasa. Sebagai contoh struktur pertunjukan terbang buhun, misalnya pada saat pertunjukan Ngaruwat Rumah, adalah sebagai berikut: Pertama, diadakan Ijab Kabul oleh saehu; Tatalu dengan lagu-lagu pupujian yang dilantunkan oleh Reuahan, sambil saehu mempersilahkan penari maju ke depan arena pertunjukan dengan diiringi lagu Engko, dilanjutkan dengan lagu Bangun, Kembang Kacang, Lailahaillah, Malong, Siuh, dan Benjang; kedua acara ruwatannya yang dipimpin oleh Saehu dengan membacakan mantra-mantra sambil membakar kemenyan serta menyiramkan Cai Hurip ke seluruh penjuru rumah; musik terbang buhun ditabuh dengan irama naik, dengan lagu Eling Allah, Riring-riring, Kikis Kelir, Nyai Lais Koncrang, Meungpeung Hurip, Keupat Eundang; Ketiga, pertunjukan ditutup dengan pembacaan doa, sementara para pemain meletakkan alat musik terbangnya dan duduk khidmat membentuk setengah lingkaran sambil menengadahkan kedua tangannya.


Alat-alat musik terbang buhun antara lain: terbang kempring, terbang ageung, terbang gebrung, terbang talingtik, terbang goong, dan kendang. Sementara lagu-lagu pupujian yang dilantunkan, seperti Bismilah, Yahmadun Kayumbilah, Robun Allah dan Kembang Gadung.


Makna dibalik Terbang buhun adalah makna konotatif yang tersembunyi, di antaranya: a) Makna spiritual, makna yang terkandung dalam pertunjukan Terbang Buhun terutama dalam pertunjukan Upacara Ngaruwat atau Upacara Ngahurip. Khusunya dalam makna-makna dibalik berbagai tanaman hasil bumi yang terdapat dalam Sambung Layang; b) Makna teatrikal, Sambung Layang yang ukurannya besar dan tinggi apalagi sepasang, membuat daya tarik tersendiri bagi penonton

BlogUpp! | the blog: Frequently Asked Questions

BlogUpp! | the blog: Frequently Asked Questions

Peninggalan Megalitikum


Pemerintah Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, bekerja sama dengan "Panoramic of Lahat" melakukan penggalian dan pendataan terhadap ribuan megalit yang tersebar di 12 kecamatan dalam wilayah kabupaten itu.
"Untuk mendukung kabupaten itu menjadi salah satu daerah memiliki megalit terbanyak, kami sudah melakukan penggalian dan mendata daerah-daerah terdapat kawasan artefak tersebut, seperti Kecamatan Pajarbulan, Jarai, Muarapayang, Tanjungsakti, Gumay dan beberapa daerah lainnya," kata Bupati Saifudin Aswari Rivai di Lahat, Kamis.
Menurut dia, hingga kini telah terdata sebanyak 1.027 artefak yang tersebar di 40 situs wilayah Kabupaten Lahat berbatasan dengan Kota Pagaralam.
Diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah, sebab perburuan yang dilakukan peninggalan zaman batu besar (megalitikum) ini terus dilakukan.
"Wilayah Lahat yang terdiri atas 23 kecamatan menurut kalangan budayawan disinyalir sebagai daerah situs arkeologi dan purbakala  terluas di tanah air, seperti halnya situs Sangirandi Jawa Tengah," ungkap dia.
Lahat memang dari dulu gudangnya benda-benda arkeologi dan purbakala bernilai budaya tinggi dan luhur, daerah dataran tinggi ini memang menyimpan banyak benda-benda arkeologi dan purbakala di tiap jengkal tanahnya.
Asumsinya, kata dia, bisa saja seluruh kawasan Pasmah adalah situs yang sangat luas di Sumsel.
Pernyataan ini sekaligus merespon informasi tentang banyaknya temuan benda-benda arkeologi dan purbakala di Lahat, sehingga mendapat dukungan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) untuk memberikan penghargaan.
"Kita mendapat banyak temuan benda arkeologi di Jarai dan Pajarbulan beberapa bulan lalu, dan penemuan itu tidak bisa dianalisa dengan cepat dan tepat karena Lahat tidak memiliki perangkat yang pas untuk menelitinya seperti BP3 Jambi serta Balai Arkeologi," ujar Aswari.
Menurut dia, memang sudah selayaknya saat ini ada lembaga atau instansi yang menguasai pengurusan benda-benda arkeologi dan cagar budaya seperti kantor perwakilan BP3, Museum atau pos arekologi termasuk cagar budaya yang berada di Lahat.
"Esensinya jauh lebih penting dari keberadaan kelembagaan yang paling dibutuhkan adalah adanya SDM peneliti, pengelola secara profesional benda-benda arkeologi dan cagar budaya yang merupakan sisa-sisa peninggalan masa lalu," ungkapnya.
Ketua Panoramic of Lahat Mario Andramatik ditemui di sela-sela pendataan di Desa Pulau Panggung, Kecamatan Pujar Bulan, Lahat mengatakan, sebenarnya pendataan megalit sudah dilakukan sejak tahun 2008 dengan jumlah temuan mencapai 700 megalit, kemudian hingga 2012 ini sudah mencapai ribuan.
"Jumlah artefak yang ditemukan dalam wilayah 12 kecamatan di Kabupaten Lahat akan terus bertambah, sebab diperkirakan peninggalan telah berusia ribuan tahun itu masih terdapat ribuan  tertanam dalam tanah dan belum terdata," ujarnya.
"Kita sangat berterima kasih atas kepedulian PT Bukit Asam (PT BA) membantu pendanaan dalam upaya pendataan ribuan megalit di Lahat," ujarnya.
Menurut dia, hanya satu desa saja di atas lahan sekitar 5 hektare terdapat 76 artefak, mulai dari arca, lumpang, lesung, batu datar, dolmen, menhir, dan tetralit, belum lagi daerah lainnya.
Sementara itu Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Babel, Akhmad Rivai mengatakan, saat ini sejumlah lokasi penemuan megalit, situs kubur batu dan sejumlah benda bersejarah lainnya  sudah dilakukan penelitian dan pendataan termasuk penggalian untuk mengetahui yang lainya.
Hasil penggalian ada juga ditemukan bilik batu yang terdapat lempengan batu dan pahatan arca kepala berbentuk manusia di Desa Talang Pagaragung dan Desa Pajar Bulan Lahat.
Berbagai benda yang ditemukan dari hasil penggalian sudah didata dan diamankan dengan melakukan pemagaran, sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut dari BP3 Jambi.