We All Love Orangutan
Belakangan ini semakin banyak kasus kekerasan terhadap orangutan. Orangutan dibunuh, bahkan dibakar karena dianggap merusak perkebunan. Padahal kalau ditilik lagi, manusia lah yang secara kejam telah ‘membunuh’ tempat tinggal mereka, yakni pepohonan, demi kepentingan bisnis semata. Di hari pohon sedunia ini, Urbanesia mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan Rini Sucahyo, Communications Advisor to the CEO dari Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) yang selama ini sudah berjuang demi orangutan. Simak ceritanya, yuk!
Bagaimana sih keadaan bumi saat ini menurut lo?
Parah. Herannya, masih ada yang menyangkal dan nggak percaya dengan adanya global warming dan climate change, dan bumi makin rusak. Masa nggak berasa sih? Puncak dulu masih dingin dan bisa hiking di
hutan, sekarang jadi panas. Hutan hujan Gede-Pangrango dan
Halimun-Salak menipis digantikan vila, penginapan, FO, restoran, dan
entah apalagi. Belum lagi kawasan pantai di Ancol, dataran tinggi di
Bandung, pantai dan hutan di Sukabumi. Itu baru pengalaman sendiri.
Sekedar ignorance yang kelewatan aja menurut gue.
Ceritakan tentang orangutan dong! Seerat apa sih hubungannya dengan manusia?
Mau percaya atau nggak dengan teori
evolusi Darwin, kenyataannya orangutan itu saudara terdekat kita yang
DNA-nya 97% sama. Perbedaan 3% hanya di kotak suara yang menyebabkan
orangutan tidak bisa “berbahasa” seperti kita. Artinya, hampir semua
penyakit sama dengan manusia. Mereka bisa pusing, demam, batuk, bahkan
seperti pendarahan saat melahirkan. Bedanya, mereka mampu mengobati
dirinya sendiri dengan obat-obatan alami di hutan. Kita bisa belajar
banyak dari mereka. Ini satu area yang belum dieksplor secara mendalam
oleh para ilmuwan karena semakin sulit menemukan orangutan di hutan.
Orangutan juga salah satu spesies terpenting, umbrella species, karena punya fungsi penting untuk kelestarian ekosistem hutan hujan. Orangutan adalah pemakan buah dan penyebar biji yang sangat efektif melalui fesesnya selama menjelajah hutan hingga 20km/hari. Setiap sore, mereka membuat sarang baru, saat membuat sarang sambil mematahkan ranting dan memetik daun, tanpa sengaja mereka membuka kanopi hutan. Sinar matahari jadi lebih mudah menembus hutan dan biji-bijian jadi cepat tumbuh. Makanya, orangutan sangat penting untuk proses regenerasi hutan supaya makin sehat dan subur.
Intinya, manusia butuh hutan, hutan butuh orangutan. Jadi, manusia butuh orangutan. Simple, toh?
Orangutan juga salah satu spesies terpenting, umbrella species, karena punya fungsi penting untuk kelestarian ekosistem hutan hujan. Orangutan adalah pemakan buah dan penyebar biji yang sangat efektif melalui fesesnya selama menjelajah hutan hingga 20km/hari. Setiap sore, mereka membuat sarang baru, saat membuat sarang sambil mematahkan ranting dan memetik daun, tanpa sengaja mereka membuka kanopi hutan. Sinar matahari jadi lebih mudah menembus hutan dan biji-bijian jadi cepat tumbuh. Makanya, orangutan sangat penting untuk proses regenerasi hutan supaya makin sehat dan subur.
Intinya, manusia butuh hutan, hutan butuh orangutan. Jadi, manusia butuh orangutan. Simple, toh?
Kiri: Rini Sucahyo. Kanan: Kopral, orangutan yang kedua tangannya diamputasi
Bagaimana kondisi orangutan saat ini?
Again, parah. Orangutan di Sumatera sekarang tinggal sekitar 6000 individu dengan status critically endangered. Sementara di Borneo (termasuk wilayah Malaysia), tinggal 54.000 individu dengan status terancam punah (endangered).
Ancaman terbesar saat ini adalah konversi hutan menjadi lahan perkebunan, khususnya kelapa sawit. Ada juga ancaman dari pertambangan, perdagangan satwa liar, perburuan, dan illegal logging. Semua itu sekarang makin parah. Orangutan dibunuh karena merusak perkebunan dan dianggap hama. Padahal orangutan dilindungi oleh UU no.5/1990 yang sayangnya tidak ditegakkan. Hanya ada dua kasus yang berhasil dibawa ke pengadilan, itupun hukumannya nggak ada yang lebih dari 1 tahun sehingga nggak ada efek jera. Sementara, ribuan orangutan dibunuh, dianiaya, disingkirkan dari habitatnya, dan berlangsung terus sampai sekarang. Populasi orangutan selama 10 tahun ini di Kalimantan sudah berkurang sekitar 40%.
Ancaman terbesar saat ini adalah konversi hutan menjadi lahan perkebunan, khususnya kelapa sawit. Ada juga ancaman dari pertambangan, perdagangan satwa liar, perburuan, dan illegal logging. Semua itu sekarang makin parah. Orangutan dibunuh karena merusak perkebunan dan dianggap hama. Padahal orangutan dilindungi oleh UU no.5/1990 yang sayangnya tidak ditegakkan. Hanya ada dua kasus yang berhasil dibawa ke pengadilan, itupun hukumannya nggak ada yang lebih dari 1 tahun sehingga nggak ada efek jera. Sementara, ribuan orangutan dibunuh, dianiaya, disingkirkan dari habitatnya, dan berlangsung terus sampai sekarang. Populasi orangutan selama 10 tahun ini di Kalimantan sudah berkurang sekitar 40%.
BOSF itu sendiri apa sih?
Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF)
adalah organisasi nirlaba Indonesia yang berkantor pusat di Bogor dan
berdedikasi terhadap konservasi orangutan Borneo dan habitatnya,
bekerjasama dengan masyarakat, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia,
serta organisasi-organisasi di seluruh dunia. Didirikan sejak tahun
1991, BOSF sudah menyelamatkan ribuan orangutan. Untuk informasi lebih
lanjut, kunjungi orangutan.or.id.
Bagaimana sih cerita penyelamatan orangutan?
BOSF kini beroperasi di dua provinsi,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Kalau ada laporan dari Balai
Konservasi Sumber Daya Alam setempat bahwa ada orangutan yang harus
diselamatkan, BOSF akan bergerak. Setelah itu, dilihat lagi. Jika
orangutan sudah berusia di atas 6 tahun dan menunjukkan perilaku liar
(agresif dan tidak suka didekati manusia) dan terlihat punya kemampuan
untuk hidup mandiri di hutan, bisa langsung direlokasi ke hutan sehat
terdekat. Proses ini disebut “Rescue & Release”.
Kalau orangutan masih sangat muda, sudah kehilangan induk, terlihat jinak, belum mampu hidup mandiri di hutan, maka harus dibawa ke pusat rehabilitasi. Di sana mereka dilatih lagi untuk ‘menjadi liar’ melalui proses sekolah hutan yang memakan waktu ±7 tahun sampai mereka dianggap sudah kembali berperilaku liar, sehat, dan memiliki kemampuan hidup di hutan, baru dilepasliarkan. Proses ini disebut “Rehab & Release”.
Ada juga orangutan yang ketika diselamatkan mengalami luka parah sehingga cacat seumur hidup. Yang seperti ini tidak akan dilepasliarkan kembali, selamanya di pusat rehabilitasi. Ada sekitar 30% orangutan di BOSF yang seperti ini. Mereka inilah yang membutuhkan biaya sangat besar seumur hidupnya.
Kalau orangutan masih sangat muda, sudah kehilangan induk, terlihat jinak, belum mampu hidup mandiri di hutan, maka harus dibawa ke pusat rehabilitasi. Di sana mereka dilatih lagi untuk ‘menjadi liar’ melalui proses sekolah hutan yang memakan waktu ±7 tahun sampai mereka dianggap sudah kembali berperilaku liar, sehat, dan memiliki kemampuan hidup di hutan, baru dilepasliarkan. Proses ini disebut “Rehab & Release”.
Ada juga orangutan yang ketika diselamatkan mengalami luka parah sehingga cacat seumur hidup. Yang seperti ini tidak akan dilepasliarkan kembali, selamanya di pusat rehabilitasi. Ada sekitar 30% orangutan di BOSF yang seperti ini. Mereka inilah yang membutuhkan biaya sangat besar seumur hidupnya.
Selama ini, BOSF sudah melepasliarkan berapa orangutan?
Sejak tahun 1991, BOSF sudah melepaskan
ratusan orangutan. Tapi proses ini terhenti di 1999 karena sulit mencari
hutan layak dan aman untuk orangutan. Orangutan harus tinggal di
dataran rendah sedangkan dataran rendah kini berubah fungsi jadi
perkebunan, tambang, dan lain-lain. Sejak Februari-November 2012, kita
sudah release 50 orangutan; 6 di Kehje Sewen, 44 di Bukit Batikap, Kalimantan Tengah.
Apa tantangan terbesar saat ini?
Ada 850 orangutan di BOSF, 30% tidak
bisa dilepasliarkan. Dari yang bisa, baru 50 yang kembali ke hutan.
Tapi, sudah ada 15-17 lagi yang baru masuk. Release 10, masuk
20. Kapan selesainya? Padahal pemerintah Indonesia pada Konferensi
Perubahan Iklim 2007 di Bali mencanangkan semua orangutan di pusat
rehabilitasi harus dilepasliarkan paling lambat 2015. Ini tantangan
terbesar kita.
Apa pengalaman paling seru bersama BOSF?
Ketika melepasliarkan orangutan. Melihat
ekspresi mereka pertama kali melihat ‘rumah’ mereka lagi—pohon-pohon
tinggi, udara segar, bunyi air dari sungai yang mengalirinya, mereka
kelihatan bahagia banget! Bikin terharu. Releasing orangutan
itu kayak melepas anak sendiri untuk pergi jauh pertama kali. Sedih dan
deg-degan, tapi juga bangga dan bahagia. Gila banget pengalaman itu. The best feeling ever!
Kalau Urbanesian mau membantu melindungi orangutan, caranya bagaimana?
Yang paling sederhana, sadari bahwa apa
pun yang kita lakukan, dimana pun kita tinggal, semua berdampak pada
lingkungan dan juga orangutan serta satwa lainnya. Coba pilih produk
yang ramah lingkungan. Kalau mampu berbuat lebih, bisa donasi atau ikut
program adopsi. Adopsi di sini bukan berarti memelihara orangutan di
rumah ya, tapi membantu membiayai proses rehabilitasi orangutan. Atau
jika Urbanesian lulusan kedokteran hewan, kehutanan, biologi, atau hukum
bisa juga bergabung langsung menjadi relawan. Karena rehabilitasi
orangutan itu adalah kegiatan yang sangat mahal!
Gimana Urbanesian? Tertarik bergabung atau paling tidak mencoba mengubah gaya hidup menjadi sedikit saja lebih ramah lingkungan? Menjaga pohon berarti juga ikut menjaga semua makhluk hidup, termasuk orangutan, yang hidup di bumi. Selamat hari pohon sedunia!
Gimana Urbanesian? Tertarik bergabung atau paling tidak mencoba mengubah gaya hidup menjadi sedikit saja lebih ramah lingkungan? Menjaga pohon berarti juga ikut menjaga semua makhluk hidup, termasuk orangutan, yang hidup di bumi. Selamat hari pohon sedunia!
Sumber Foto:
BOSFRini Sucahyo
BOSFRini Sucahyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar